Jakarta, liputan98.com – Rakernas Partai Hanura yang digelar di Jakarta pada 4 Desember 2025 berubah menjadi forum kontemplasi nasional ketika Ketua Umum Oesman Sapta Odang (Oso) menjadikan isu bencana sebagai titik tekan utama pidatonya. Alih-alih langsung berbicara mengenai konsolidasi atau strategi partai, Oso memulai pembukaan dengan gambaran situasi kebangsaan yang menurutnya sedang berada dalam kondisi “rapuh dan penuh tekanan”.
Oso menyebut bahwa bencana besar yang menimpa tiga provinsi dalam beberapa hari terakhir adalah pengingat bahwa stabilitas bangsa tidak hanya ditentukan oleh politik, tetapi juga oleh daya tahan sosial dan kesiapan negara dalam merespons musibah. Lebih dari 700 orang tercatat mengalami luka-luka, angka yang menurut Oso mencerminkan skala persoalan yang harus menjadi perhatian semua pihak.
“Kita ini sedang menghadapi tekanan global, dari ekonomi sampai budaya. Lalu datang pula musibah yang melukai ratusan saudara kita. Ini bukan situasi ringan,” ujar Oso di depan jajaran pengurus DPP, DPD, DPC, serta anggota DPRD yang menghadiri Rakernas.
Ia kemudian menyinggung diskusi yang berkembang di ruang publik tentang perlunya pemerintah menetapkan status bencana nasional. Menurutnya, wacana tersebut tidak cukup dilihat dari aspek emosional atau politis, karena keputusan itu membawa implikasi anggaran negara yang besar dan harus dihitung secara saksama.
“Keputusan negara itu selalu membawa konsekuensi. Penetapan bencana nasional bukan sekadar istilah, tetapi kewajiban fiskal yang besar, dan itu harus dipertimbangkan dengan hati-hati,” jelasnya.
Meski begitu, Oso menekankan bahwa keterbatasan negara bukan alasan untuk menunda solidaritas. Hanura, kata dia, memilih untuk bergerak secara mandiri sambil mendorong peningkatan peran negara dalam penanganan bencana. Dalam waktu kurang dari 18 jam,partai berhasil menghimpun Rp1,8 miliar dari para kader di berbagai daerah.
“Ini bukan soal jumlah. Ini soal sikap. Partai politik harus ikut turun tangan, bukan hanya menunggu keputusan pemerintah. Rakyat menunggu tindakan cepat,” tegas Oso.
Ia menambahkan bahwa Rakernas ini tidak hanya memuat agenda teknis kepartaian, tetapi juga menjadi ruang untuk merefleksikan bagaimana partai bisa hadir lebih kuat dalam agenda-agenda kemanusiaan. Bagi Oso, solidaritas bukan tambahan sampingan dalam politik, tetapi salah satu fondasinya.
Kalau partai politik tidak peduli ketika rakyat sedang tertimpa musibah, untuk apa kita ada?” ujarnya menutup pidato.





