Amerika Serikat Resmi Menggempur Fasilitas Nuklir Iran dengan Serangan Rudal




    LIPUTAN 98 , Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi mengumumkan bahwa militer AS telah melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir milik Iran. Pernyataan ini disampaikannya pada Sabtu malam (21/6/2025) waktu setempat.
    Serangan tersebut menyasar fasilitas di Fordow, Natanz, dan Esfahan, dengan kerusakan terparah dilaporkan terjadi di Fordow. Usai serangan, Trump menyerukan kepada Iran agar bersedia membuka jalur perundingan damai.
    “Kami telah sukses melaksanakan serangan terhadap tiga situs nuklir Iran: Fordow, Natanz, dan Esfahan,” tulis Trump di media sosial, seperti dikutip dari CNBC International.
    “Seluruh pesawat kembali dengan selamat. Saya ucapkan selamat kepada prajurit Amerika yang luar biasa. Tidak ada militer lain di dunia yang mampu melakukan hal ini. SEKARANG SAATNYA UNTUK PERDAMAIAN!” lanjutnya.
    Sebelumnya, pada hari yang sama, pesawat pengebom siluman B-2 milik Angkatan Udara AS lepas landas dari Missouri dan melintasi Samudra Pasifik menuju target. Pesawat tersebut adalah satu-satunya armada AS yang dapat membawa GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP), bom berbobot 30.000 pon yang dirancang untuk menghancurkan fasilitas bawah tanah.
    Serangan ini menandai keterlibatan langsung militer AS dalam konflik bersenjata dengan Iran, yang memperbesar eskalasi konflik di saat Israel juga sedang melakukan serangan terhadap Iran guna menghentikan program nuklirnya dan menekan rezim yang berkuasa. Langkah ini sekaligus menjadi kebalikan dari janji Trump pada masa jabatan keduanya yang bertekad menjauhkan Amerika dari perang di Timur Tengah.
    Situasi ini juga menunjukkan perubahan sikap signifikan dari pernyataan Trump kurang dari dua hari sebelumnya. Pada Kamis lalu, ia mengatakan akan menunggu dua minggu sebelum memutuskan apakah konflik antara Iran dan Israel bisa diselesaikan melalui diplomasi atau perlu aksi militer.
    “Melihat adanya peluang negosiasi dengan Iran, saya akan membuat keputusan dalam dua minggu ke depan apakah akan melanjutkan langkah militer atau tidak,” ujar Trump dalam pernyataan resmi Gedung Putih.
    Di balik layar, pemerintahan Trump diketahui sedang berupaya menjalin kesepakatan dengan Iran terkait program nuklirnya. Dalam beberapa bulan terakhir, Trump bahkan disebut mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menunda aksi militer terhadap Iran.
    Selama ini, baik Trump maupun presiden AS sebelumnya secara konsisten menolak kepemilikan senjata nuklir oleh Iran. Trump sendiri menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015—yang diinisiasi oleh pemerintahan Obama dan beberapa negara lain—karena dinilai tidak cukup kuat untuk mencegah ambisi nuklir Teheran.
    Israel, melalui Netanyahu, juga telah lama menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir, dan berulang kali mengancam akan terus melakukan serangan hingga program tersebut dihentikan sepenuhnya.

    Pos terkait