Liputan98.com – Brussels, Uni Eropa (UE) memperbarui sanksi terhadap Rusia, sementara di saat yang sama melonggarkan sikap terhadap Suriah. Dalam pertemuan menteri luar negeri UE pada Senin (27/01), blok Eropa juga menyuarakan kekhawatiran terhadap pendekatan transaksional Presiden AS Donald Trump yang dinilai bisa memecah belah aliansi mereka.
Diplomat utama UE, Kaja Kallas, menegaskan bahwa Eropa harus bersatu menghadapi kebijakan luar negeri AS yang semakin individualistis. Ketika AS bermain secara transaksional, kita harus lebih kuat dalam persatuan, ujarnya.
Trump disebut berupaya melemahkan UE dengan lebih memilih berurusan langsung dengan negara-negara anggota secara bilateral. Zsuzsanna Vegh dari German Marshall Fund menilai strategi ini bisa mengganggu stabilitas internal UE.
Sementara itu, meski Trump belum mengungkapkan kebijakan luar negerinya secara konkret, banyak pihak berharap ia tetap bersikap keras terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Sejumlah diplomat Eropa bahkan merasa lega setelah Trump mengancam akan menaikkan tarif dan memperketat sanksi jika Rusia tidak menghentikan perangnya di Ukraina.
Orban Melunak Setelah Mengancam Veto
UE resmi memperpanjang sanksi terhadap Rusia, termasuk pembatasan perdagangan dan pembekuan miliaran dolar aset Moskow. Eropa menepati janji, kata Kallas di platform X, menegaskan bahwa langkah ini bertujuan menghambat pendapatan Rusia dalam membiayai perangnya.
Namun, keputusan ini sempat mendapat tantangan dari Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban. Ia mengancam akan memveto sanksi jika UE tidak menekan Ukraina untuk kembali membuka jaringan pipa gas dari Rusia ke Hungaria. Sejak Ukraina menghentikan pasokan energi Rusia, Hungaria mengalami kerugian ekonomi besar.
Jika Ukraina ingin bantuan dalam menekan Rusia, maka mereka juga harus bersikap adil dengan tidak menghambat pasokan gas ke negara-negara Eropa Tengah, ujar Orban.
Meski sempat bersikeras, Orban akhirnya mundur dan mengikuti sikap mayoritas UE. Analis menilai perubahan sikapnya ini dipicu oleh pernyataan Trump yang secara tak terduga menekan Rusia untuk segera menghentikan perang.
Sanksi Suriah Dilonggarkan, Tapi Bersyarat
Di sisi lain, UE mulai melunak terhadap Suriah dengan menyetujui peta jalan untuk mencabut beberapa sanksi, terutama yang berkaitan dengan sektor ekonomi. Namun, blok ini tetap mempertahankan opsi untuk memberlakukannya kembali jika pemerintah Suriah gagal membentuk pemerintahan yang inklusif atau melakukan pelanggaran HAM berat.
Julien Barnes-Dacey dari Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR) mengatakan bahwa ada kesepakatan luas di Eropa mengenai perlunya pendekatan baru terhadap Suriah. “Kondisi ekonomi yang memburuk adalah tantangan besar bagi stabilitas. Jika tidak ditangani, situasi bisa semakin parah, ujarnya.
Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri UE, yang kini semakin pragmatis dalam menghadapi dinamika geopolitik global. Dengan tekanan dari Rusia, manuver Trump yang tidak terduga, serta dilema di Suriah, UE kini berada di persimpangan kebijakan yang menuntut keseimbangan antara kepentingan strategis dan nilai-nilai politik mereka. (Red)