Bahlil Tegaskan Gas Murah Tetap Mengalir ke 7 Sektor Industri Strategis

Liputan98.com – Jakarta, 18 Januari 2024 – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan bahwa tujuh sektor industri yang selama ini mendapatkan program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) akan tetap menikmati fasilitas gas murah pada tahun ini. Kepastian itu menjadi kabar baik bagi pelaku industri yang bergantung pada subsidi energi untuk menjaga daya saing mereka.

“Nah, sekarang kalau dari tujuh itu rasanya hampir bisa dipastikan untuk dilanjutkan,” ujar Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Kamis (16/1).

Bacaan Lainnya

Namun, Bahlil mengungkapkan bahwa Kementerian ESDM masih mengkaji usulan untuk menambah penerima HGBT di luar tujuh sektor industri yang telah ada. Langkah ini dilakukan dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan kontribusi sektor tersebut terhadap pendapatan negara.

Kontribusi HGBT: Rp67 Triliun untuk Negara

Sejak diterapkan pada 2021, program HGBT telah menghasilkan konversi pendapatan negara hingga Rp67 triliun. Angka ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi gas tidak hanya membantu industri, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional. Meski demikian, Bahlil menekankan bahwa penyaluran HGBT harus dilakukan secara selektif.

“Kita sedang menghitung secara ekonomi. Jangan sampai semua gas kita kasih ke HGBT, negara malah tidak dapat pendapatan. Jadi harus benar-benar dihitung. Industri yang menerima harus mampu menciptakan lapangan kerja,” jelasnya.

Pentingnya Selektivitas dalam Subsidi Gas

Kementerian ESDM ingin memastikan bahwa pemberian subsidi gas murah tidak hanya menjadi beban bagi negara, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Bahlil menegaskan bahwa subsidi ini harus diarahkan untuk mendukung sektor-sektor strategis yang memiliki dampak besar terhadap penciptaan lapangan kerja dan pembangunan ekonomi.

Tujuh Sektor Strategis yang Mendapat HGBT

Tujuh sektor yang selama ini menerima subsidi gas murah mencakup industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet. Industri-industri ini dianggap sebagai tulang punggung perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendukung ekspor nasional.

Namun, dengan adanya usulan tambahan sektor penerima HGBT, pemerintah harus mempertimbangkan alokasi gas yang terbatas dengan cermat. “Gas kita tidak banyak, jadi harus disalurkan ke industri yang benar-benar punya dampak besar,” tambah Bahlil.

Menciptakan Kebijakan Gas yang Berkelanjutan

Ke depan, pemerintah berkomitmen untuk terus menyeimbangkan kebutuhan industri dengan kepentingan negara. Kebijakan HGBT tidak hanya menjadi langkah untuk mendorong pertumbuhan industri, tetapi juga memastikan pendapatan negara tetap terjaga.

Dengan pengelolaan yang tepat, Bahlil optimistis subsidi gas murah dapat menjadi katalisator bagi penguatan sektor industri sekaligus menjaga keberlanjutan ekonomi nasional. “Kebijakan ini bukan hanya soal harga murah, tetapi soal menciptakan nilai tambah bagi negara dan masyarakat,” pungkasnya. (Red)

Pos terkait