Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 di Titik Terendah Sejarah, Negara Berkembang di Ambang Krisis

Liputan98.com – Jakarta, 18 Januari 2025 – Bank Dunia merilis laporan yang mengkhawatirkan tentang prospek ekonomi global tahun ini, dengan pertumbuhan dunia diproyeksikan melambat ke level terendah dalam sejarah. Meskipun diperkirakan stabil di angka yang sama pada 2025 dan 2026, pertumbuhan global tidak cukup untuk mendorong pengentasan kemiskinan atau mencapai tujuan pembangunan yang lebih luas.

Kekhawatiran utama tertuju pada negara-negara berkembang. Dengan rata-rata pertumbuhan hanya 4% selama dua tahun mendatang, angka ini dianggap tidak memadai untuk menghadapi tantangan besar yang ada. “Sebagian besar faktor yang pernah menjadi pendorong pertumbuhan negara berkembang kini telah menghilang,” ujar Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, dalam pernyataan yang dikutip AFP, Jumat (17/1).

Gill menjelaskan bahwa negara berkembang kini menghadapi hambatan berat, termasuk beban utang yang tinggi, pertumbuhan investasi yang melemah, produktivitas yang stagnan, dan biaya besar akibat perubahan iklim. Bank Dunia mencatat bahwa sejak 2014, pertumbuhan rata-rata negara berkembang – tidak termasuk China dan India – telah tertinggal 0,5 poin persentase dibandingkan negara maju.

Buku Pedoman Baru untuk Negara Berkembang

Sebagai solusi, Bank Dunia menyerukan reformasi domestik yang lebih berani melalui apa yang mereka sebut “buku pedoman baru.” Reformasi ini melibatkan upaya untuk:

Meningkatkan investasi sektor swasta.

Memperkuat hubungan perdagangan.

Mendorong efisiensi dalam penggunaan modal, bakat, dan energi.

Pukulan Ganda dari Perang Dagang

Situasi ini semakin rumit dengan kebijakan ekonomi proteksionis Amerika Serikat di bawah Presiden terpilih Donald Trump. Trump berencana menerapkan tarif 10% untuk semua negara, dengan tekanan lebih besar pada China, Meksiko, dan Kanada. Kebijakan ini diperkirakan akan memperburuk ketegangan perdagangan global dan merusak pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang.

Pertumbuhan Regional yang Beragam

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan yang melambat di Asia Timur dan Pasifik, serta Eropa dan Asia Tengah. Ini disebabkan oleh melemahnya permintaan domestik di China dan Eropa. Namun, wilayah lain seperti Afrika Sub-Sahara, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika Utara diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang lebih kuat berkat permintaan yang lebih tinggi.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Laporan ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk memperkuat ketahanan ekonomi global, terutama di negara berkembang. Namun, dengan tekanan dari utang, perubahan iklim, dan ketegangan geopolitik, jalan menuju pemulihan terlihat semakin menantang.

“Reformasi struktural bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan,” tegas Indermit Gill. Dunia kini menunggu langkah konkret dari pemerintah negara berkembang untuk mengatasi hambatan dan membuka peluang baru di tengah ketidakpastian global. (Red)

Pos terkait