
JAKARTA, LIPUTAN98 – Harga Tembaga Meroket, Indonesia Berpeluang Ambil Alih Pasar Global
Harga tembaga melonjak ke level tertinggi sepanjang sejarah usai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana pengenaan tarif sebesar 50% terhadap impor tembaga. Kebijakan ini mengguncang pasar global, namun Indonesia justru melihat peluang strategis, bukan dampak negatif langsung.
Harga tembaga melambung ke US$5,676 per pon (sekitar US$12.510 per ton), naik 3,58% dalam sehari. Kenaikan ini memperkuat tren kenaikan global sejak 2024 yang dipicu oleh krisis pasokan dari Amerika Latin serta tingginya permintaan dari industri kendaraan listrik dan kecerdasan buatan (AI).
Bank of America memprediksi harga tembaga akan mencapai US$5,44 per pon pada tahun 2026. Sementara itu, International Copper Study Group memperkirakan konsumsi global akan mencapai 25,88 juta ton pada tahun ini.
Di saat negara eksportir besar seperti Peru dan Meksiko bersiap menghadapi dampak tarif, Indonesia berada dalam posisi unik. Berdasarkan data Satudata Kementerian Perdagangan, dalam periode Januari–April 2024, Indonesia telah mengekspor bijih tembaga senilai US$2,26 miliar dan produk turunannya senilai US$781 juta, sebagian besar ke Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya, bukan ke AS. Ini membuat Indonesia relatif aman dari kebijakan tarif AS dan justru memiliki peluang untuk mengisi kekosongan suplai global.
Manfaat ekonomi dari tren ini juga tercermin dalam penerimaan negara. Pada semester I 2025, pendapatan negara dari bea keluar mencapai Rp14,6 triliun—naik 327,6% dari target dan tumbuh 80,4% dibanding tahun sebelumnya. Meski minyak sawit mentah (CPO) menyumbang angka terbesar, pemerintah menyebut pelonggaran ekspor tembaga turut mendorong lonjakan tersebut. Bila harga tetap tinggi, pemasukan dari ekspor dan hilirisasi tembaga berpotensi terus meningkat.
Indonesia memiliki cadangan tembaga yang sangat besar. Data Kementerian ESDM yang merujuk pada USGS 2020 menyebutkan, Indonesia memiliki 24 juta ton logam tembaga—setara 3% dari cadangan dunia. Total cadangan bijih tembaga nasional mencapai 2,63 miliar ton, dengan produksi tahunan sekitar 100 juta ton.
Dengan cadangan yang besar, pembangunan fasilitas smelter skala besar, serta pasar ekspor yang minim risiko tarif, Indonesia memiliki modal kuat untuk naik kelas di industri tembaga global. Di saat negara lain terjebak dalam konflik dagang, Indonesia bisa menyiapkan langkah menjadi pemasok utama dunia, baik dalam jangka pendek maupun dalam strategi hilirisasi jangka panjang yang memperkokoh fondasi ekonomi nasional.