Rusia Siap Ekspor Minyak Murah ke Indonesia, Kesepakatan Dibahas

Liputan98.com – Jakarta, Seorang diplomat Rusia pada Senin (20/1) mengungkapkan bahwa Moskow terbuka untuk bernegosiasi menjual minyaknya kepada Indonesia, anggota baru BRICS, sebagai langkah untuk menyediakan pasokan energi yang lebih terjangkau bagi Jakarta.

Minyak Rusia telah lama dikenai sanksi luas dari Eropa sejak eskalasi besar dalam perang Rusia-Ukraina pada 2022. Sanksi ini memaksa Rusia menjual minyak mentahnya dengan diskon $3 hingga $4 per barel di bawah harga pasar global.

Bacaan Lainnya

Tak lama setelah Indonesia resmi bergabung dengan BRICS yang dipimpin oleh Rusia, Menteri Energi Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pemerintah tengah menjajaki kemungkinan pembelian minyak murah dari Rusia. Pernyataan serupa juga datang dari penasihat ekonomi senior pemerintah, Luhut Binsar Pandjaitan, yang mengatakan, “Kenapa tidak?” jika hal itu dapat menghemat pengeluaran negara untuk pasokan minyak.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, mengonfirmasi bahwa dirinya mengetahui minat Indonesia terhadap minyak negaranya. Namun, Tolchenov menyebut bahwa hingga kini belum ada permintaan resmi dari Jakarta, meskipun Bahlil sempat mengundangnya untuk melakukan pembicaraan. Pertemuan ini, menurut Tolchenov, kemungkinan akan menyentuh isu pembelian minyak.

“Namun, diskusi tentang pembelian minyak biasanya dilakukan antarperusahaan. Transaksi semacam ini bahkan dapat terjadi tanpa pengumuman publik. Kami memiliki pemain besar di pasar minyak dan gas, termasuk Rosneft dan Gazprom Neft,” ujar Tolchenov kepada The Jakarta Globe.

“Kami yakin Indonesia tertarik dengan minyak dan LNG (gas alam cair) kami. Kami siap bekerja sama di bidang ini,” tambahnya.

Pada 2022, kelompok G7, Uni Eropa (UE), dan Australia menetapkan batas harga $60 per barel untuk pengiriman minyak Rusia yang menggunakan layanan dari negara-negara mereka. Beberapa negara UE, termasuk Swedia, baru-baru ini menyerukan agar batas tersebut diturunkan lebih jauh untuk mengurangi pendapatan Rusia yang dianggap dapat digunakan untuk membiayai perang.

Indonesia saat ini bergantung pada impor minyak karena produksi domestiknya tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional. Produksi minyak nasional hanya mencapai 700.000–800.000 barel per hari, setengah dari kebutuhan negara. Impor minyak Indonesia sebagian besar berasal dari anggota OPEC, seperti Nigeria dan Arab Saudi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), total impor minyak dan gas Indonesia mencapai $36,3 miliar sepanjang 2024, meningkat dari $35,6 miliar pada tahun sebelumnya.

Kesepakatan minyak dengan Rusia ini dinilai berpotensi memberikan solusi bagi Indonesia untuk mengurangi biaya impor energi sekaligus mendiversifikasi sumber pasokan. Apakah langkah ini akan menjadi bagian strategis kebijakan energi nasional? Waktu yang akan segera menjawab. (Red)

Pos terkait