Tetangga Bebas, Biden Akan Batasi Ekspor Chip AI ke Indonesia, Pakar Sebut Perang Dagang Baru

Liputan98.comJakarta, Rencana pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan (AI) ke Indonesia oleh negara-negara sekutu Amerika Serikat mulai memicu kekhawatiran di berbagai kalangan. Kebijakan ini dilaporkan tengah dipertimbangkan untuk melindungi teknologi mutakhir mereka sekaligus membatasi pengaruh China di kawasan Asia Tenggara.

Beberapa media internasional menyebut pembatasan ini akan mencakup chip-chip canggih yang digunakan untuk teknologi AI, superkomputer, hingga perangkat militer. Indonesia, sebagai salah satu pasar teknologi terbesar di Asia Tenggara, berpotensi terdampak secara signifikan.

Bacaan Lainnya

Pakar: Tanda Perang Dagang Baru

Ekonom dan pengamat geopolitik, Dr. Hasan Wiranata, menyebut langkah ini dapat dilihat sebagai bentuk perang dagang baru. “Pembatasan ekspor chip ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga strategi geopolitik. Mereka ingin menjaga keunggulan teknologi dan mengontrol distribusinya di negara-negara berkembang seperti Indonesia,” ujarnya.

Menurut Hasan, keputusan ini dapat memperlambat transformasi digital Indonesia, terutama di bidang yang mengandalkan teknologi AI seperti industri kesehatan, transportasi, dan pendidikan. “Ketika akses terhadap chip AI canggih dibatasi, kita akan sulit bersaing secara global,” tambahnya.

Respons Indonesia

Pemerintah Indonesia sejauh ini belum memberikan tanggapan resmi atas rencana ini. Namun, beberapa sumber menyebut bahwa Kementerian Perdagangan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang mempersiapkan langkah-langkah mitigasi, termasuk menjajaki kerja sama teknologi dengan negara-negara lain.

“Kita harus mulai memperkuat riset dan pengembangan chip dalam negeri serta menjalin kemitraan dengan negara yang tidak memberlakukan pembatasan ini,” kata seorang pejabat yang tidak mau disebutkan namanya.

Konteks Global

Langkah ini dianggap sebagai bagian dari persaingan teknologi global antara Amerika Serikat dan China. Negara-negara sekutu AS seperti Jepang, Belanda, dan Korea Selatan juga diperkirakan akan mengikuti langkah ini, mengingat peran penting mereka dalam rantai pasok chip global.

Meski demikian, Indonesia masih memiliki peluang untuk bermitra dengan negara-negara yang tidak terlibat dalam kebijakan pembatasan ini. “Kita harus pintar-pintar memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat kemandirian teknologi,” kata Hasan.

Dengan dinamika ini, para pelaku industri berharap pemerintah dapat mengambil langkah strategis untuk memastikan Indonesia tetap berada di jalur transformasi digitalnya. (Red)

Pos terkait