Sritex Tutup Permanen, Ribuan Karyawan Bekerja untuk Terakhir Kalinya

Liputan98.com – Sukoharjo, Hari ini menjadi momen emosional bagi ribuan karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). Mereka menjalani hari kerja terakhir sebelum perusahaan tekstil raksasa ini resmi tutup permanen mulai besok, 1 Maret 2025.

Keputusan penutupan Sritex berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Sukoharjo, Sumarno, PHK telah diputuskan pada 26 Februari, tetapi karyawan masih diizinkan bekerja hingga 28 Februari.

Bacaan Lainnya

“Setelah perundingan, sudah ada titik temu. PHK diputuskan pada 26 Februari, tetapi mereka tetap bekerja sampai hari ini. Mulai 1 Maret, operasional Sritex berhenti total, dan ini menjadi kewenangan kurator,” ujar Sumarno

10.669 Pekerja Kehilangan Mata Pencaharian

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Tengah yang diterima dari Kementerian Ketenagakerjaan, total 10.669 karyawan Sritex terkena PHK sepanjang 2025. Dari jumlah tersebut, 1.065 orang sudah lebih dulu di-PHK pada Januari, sementara 9.604 sisanya kehilangan pekerjaan per 26 Februari.

Pemutusan hubungan kerja ini tidak hanya terjadi di PT Sritex Sukoharjo, tetapi juga merembet ke anak-anak usahanya:

• PT Sritex Sukoharjo: 8.504 orang

• PT Primayudha Boyolali: 956 orang

• PT Sinar Pantja Djaja Semarang: 40 orang

• PT Bitratex Semarang: 104 orang

Ironisnya, sebelum keputusan ini diambil, anak usaha Sritex, PT Sinar Pantja Djaja, juga telah memangkas sekitar 300 pekerja yang hingga kini pesangonnya masih belum dibayarkan.

Pesangon dan JHT: Masih Menunggu Kepastian

Setelah karyawan resmi di-PHK, pembayaran gaji dan pesangon menjadi tanggung jawab kurator, sementara jaminan hari tua (JHT) berada di bawah kewenangan BPJS Ketenagakerjaan. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian mengenai pencairan hak-hak pekerja, yang semakin memperkeruh kondisi mereka.

Penutupan Sritex menandai akhir dari kejayaan salah satu raksasa industri tekstil Indonesia. Ribuan pekerja kini menghadapi ketidakpastian, sementara industri tekstil nasional kembali diterpa gelombang krisis. Bagaimana nasib mereka ke depannya? (Red)

Pos terkait