Liputan98.com – Rafah, Tentara Israel akhirnya menarik diri dari Rafah, kota strategis di perbatasan Gaza dan Mesir, pada Jumat (31/1/2025). Penarikan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya antara Israel dan Hamas.
Menurut Radio Militer Israel, pasukan Israel menyerahkan kendali perbatasan Rafah kepada Uni Eropa (UE) sebagai langkah awal menuju normalisasi. Israel juga akan menempatkan kembali pasukannya di sekitar perbatasan Gaza-Mesir untuk memantau situasi keamanan.
Selain Uni Eropa, Otoritas Palestina (PA) yang berbasis di Ramallah akan bertanggung jawab atas administrasi perbatasan di sisi Palestina, termasuk pemberian izin keluar bagi warga Gaza.
Jalur Evakuasi dan Bantuan Kemanusiaan Dibuka
Penarikan pasukan ini memungkinkan dimulainya evakuasi korban luka dari Gaza. Doron Kadosh, koresponden Radio Militer Israel, melaporkan bahwa 50 warga Palestina yang terluka akan diizinkan bepergian setiap hari, masing-masing dengan tiga pendamping. Dengan demikian, total 200 orang dapat meninggalkan Gaza setiap harinya untuk mendapatkan perawatan medis.
Namun, daftar nama mereka tetap harus melalui pengecekan ketat oleh Shin Bet, badan keamanan Israel, serta mendapatkan persetujuan dari Mesir.
Ketua Kebijakan Luar Negeri UE Kaja Kallas menegaskan komitmen Eropa dalam membantu jalannya proses ini. Eropa berada di sini untuk membantu. Misi perbatasan sipil UE yang dikerahkan hari ini ke Penyeberangan Rafah berdasarkan permintaan Palestina dan Israel, tulisnya di platform X.
Bantuan Internasional Mulai Mengalir
Setelah delapan bulan ditutup, Penyeberangan Rafah akhirnya dibuka kembali pada Sabtu (1/2/2025) untuk gelombang pertama evakuasi korban luka. Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa perjalanan ini dikoordinasikan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan berbagai lembaga kemanusiaan.
Rafah adalah jalur vital bagi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang selama ini terhambat akibat operasi militer Israel sejak Mei 2024. Dengan dibukanya kembali perbatasan, diharapkan distribusi bantuan dapat kembali berjalan, mengingat kondisi kemanusiaan di Gaza semakin kritis.
Gencatan Senjata: Awal Perdamaian atau Jeda Sementara?
Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025). Fase awalnya akan berlangsung 42 hari, dengan kemungkinan negosiasi lebih lanjut untuk mencapai gencatan senjata permanen.
Apakah ini akan menjadi awal dari perdamaian jangka panjang, atau hanya jeda sebelum konflik kembali memanas? Semua mata kini tertuju pada perkembangan di Rafah dan negosiasi lanjutan antara kedua pihak. (Red)