Liputan98.com – Gaza, Palestina – Idulfitriu yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan bagi umat Muslim di seluruh dunia justru diwarnai kesedihan mendalam bagi warga Gaza. Dengan banyaknya masjid yang hancur akibat serangan yang berkepanjangan, warga terpaksa melaksanakan Salat Id di luar reruntuhan, menjadikannya simbol ketabahan di tengah penderitaan.
Sejak pagi hari, ratusan warga berkumpul di antara puing-puing untuk menunaikan Salat Idulfitri, mengangkat tangan mereka dalam doa bagi para korban yang telah gugur dan berharap perdamaian segera datang. Suasana haru menyelimuti perayaan, di mana anak-anak, yang seharusnya bergembira menyambut hari kemenangan, kini harus menjalani Idulfitri tanpa keluarga mereka yang telah tiada.
“Kami tidak bisa merayakan Idulfitri seperti dulu. Kami kehilangan rumah, masjid, dan orang-orang yang kami cintai,” ujar seorang warga Gaza dengan mata berkaca-kaca.
Selain kehilangan tempat ibadah, warga Gaza juga menghadapi kesulitan mendapatkan makanan, air bersih, dan kebutuhan pokok lainnya. Blokade dan kondisi perang membuat bantuan kemanusiaan sulit masuk, memperburuk krisis yang terjadi.
Meskipun dalam kondisi sulit, warga tetap berusaha merayakan Idulfitri dengan cara sederhana, menunjukkan ketabahan luar biasa di tengah keterbatasan. Solidaritas dan kepedulian dari berbagai negara pun terus mengalir, meski tantangan dalam menyalurkan bantuan masih menjadi kendala besar.
Tragedi yang terus berlangsung di Gaza menjadi pengingat bagi dunia tentang pentingnya upaya perdamaian dan bantuan kemanusiaan. Sementara itu, bagi warga Gaza, Idulfitri tahun ini bukan hanya tentang kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga tentang bertahan dan berharap pada masa depan yang lebih baik.