Menperin Desak Lanjutan Gas Murah, Industri Menjerit Akibat Harga Melonjak

Liputan98.com – Jakarta, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan keluhan yang membanjir dari para pelaku industri terkait belum diperpanjangnya program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk tahun 2025. Program yang memberikan harga gas murah untuk tujuh subsektor industri ini resmi berakhir pada 31 Desember 2024, memaksa industri beralih ke harga gas komersial yang jauh lebih tinggi.

“Ya, inilah masalahnya. Banyak keluhan yang saya terima dari pelaku industri soal rendahnya komitmen terhadap PGN,” ujar Agus saat ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Jumat (17/1/2025).

Bacaan Lainnya

Berdasarkan data Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), harga komersial gas kini melonjak hingga US$ 16,77 per MMBTU, jauh melampaui harga HGBT tahun lalu yang hanya US$ 6 per MMBTU. Kondisi ini dinilai memberatkan industri, terutama karena gas merupakan komponen vital dalam proses produksi dan bahan baku.

“Saya kira program ini harus segera berlaku lagi. Pabrik harus tetap beroperasi, suplai gas harus ada, dan harganya juga harus wajar,” tegas Agus.

Dia juga menyoroti pentingnya stabilitas harga gas dan konsistensi dalam kontrak antara industri dan PGN. “Harga tidak boleh fluktuatif. Apa yang sudah menjadi kontrak itu harus dihormati oleh PGN,” tambahnya.

Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sinyal positif bahwa program HGBT untuk tujuh subsektor industri kemungkinan besar akan dilanjutkan. Ketujuh subsektor tersebut meliputi industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.

Pelaku industri kini menanti langkah konkret dari pemerintah untuk memastikan kelangsungan suplai gas dengan harga terjangkau, demi menjaga daya saing dan kelangsungan operasional di tengah tekanan ekonomi global. Apakah program gas murah ini akan segera kembali hadir? Industri menunggu jawaban pasti. (Red)

Pos terkait