Nvidia Pilih Vietnam, Indonesia Kehilangan Investasi Besar di Sektor Teknologi

Liputan98.com – Jakarta, Indonesia kembali kehilangan peluang investasi besar di sektor teknologi. Nvidia Corporation, raksasa teknologi asal Amerika Serikat, lebih memilih menanamkan investasinya di Vietnam ketimbang di Tanah Air. Padahal, pendiri Nvidia, Jensen Huang, sempat berkunjung ke Indonesia pada November 2024 lalu.

Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan kekecewaannya atas keputusan Nvidia yang akhirnya menandatangani komitmen pengembangan pusat riset dan pengembangan (R&D) di Vietnam.

Bacaan Lainnya

Ketika Nvidia keliling Asia Tenggara, mereka datang ke Indonesia terlebih dahulu. Tapi setelah itu mereka ke Vietnam dan justru menjalin perjanjian investasi di sana. Ini menunjukkan ada sesuatu yang hilang dari kita, ujar Bambang dalam acara MINDialogue di Soehanna Hall, Jakarta, Kamis (9/1/2025).

Menurutnya, kegagalan menarik investasi Nvidia ini bukanlah kejadian baru. Persoalan utama yang membuat investor enggan menanamkan modalnya di Indonesia masih berkutat pada masalah klasik: perizinan yang berbelit dan sistem perpajakan yang kurang kompetitif.

Keluhan investor asing (FDI) dari berbagai sektor, bukan hanya teknologi, selalu berkisar pada dua hal utama. Pertama, lamanya proses perizinan yang sering kali rumit dan tidak efisien. Kedua, sistem perpajakan yang kurang menarik dibandingkan negara lain, paparnya.

Bambang menegaskan bahwa insentif bukanlah faktor utama bagi investor, melainkan kepastian kebijakan serta birokrasi yang lebih sederhana. Sayangnya, karena hambatan administratif di Indonesia, banyak perusahaan global akhirnya mengalihkan investasinya ke negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam.

Kita masih punya banyak pekerjaan rumah. Jika kita tidak segera membenahi perizinan, administrasi, dan birokrasi investasi, maka kita akan terus kehilangan peluang emas ini, tutupnya.

Keputusan Nvidia ini menjadi alarm bagi Indonesia untuk segera berbenah. Jika tidak, semakin banyak perusahaan teknologi global yang akan memilih negara lain untuk ekspansi mereka, dan Indonesia hanya akan menjadi persinggahan sementara tanpa manfaat ekonomi jangka panjang. (Red)

Pos terkait