Hamilton, Kanada (Liputan98.com) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tegas menolak usulan kontroversial Presiden AS Donald Trump yang menyerukan pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania. Dalam konferensi pers, Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, menegaskan bahwa rencana semacam itu bertentangan dengan prinsip-prinsip internasional dan berpotensi menjadi bentuk pembersihan etnis.
Kami menentang keras segala bentuk pemindahan paksa penduduk atau tindakan yang mengarah pada pembersihan etnis dalam bentuk apa pun, ujar Dujarric. Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan atas seruan Trump pada Sabtu lalu yang menyebut Gaza sebagai wilayah yang telah hancur total akibat perang, dan menyarankan agar warganya dipindahkan ke luar wilayah tersebut.
Usulan Trump tersebut memicu kecaman keras dari berbagai pihak. Mesir, Yordania, Liga Arab, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) secara bulat menolak gagasan relokasi tersebut. Dalam pernyataan bersama, mereka menegaskan bahwa setiap upaya untuk memindahkan warga Palestina dari tanah mereka adalah pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia.
Tepi Barat dalam Krisis: Gaza Baru yang Mengancam
Sementara fokus dunia tertuju pada Gaza, situasi di Tepi Barat tidak kalah memprihatinkan. Dujarric menyuarakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kekerasan di wilayah pendudukan, terutama akibat serangan oleh pemukim Israel terhadap warga sipil Palestina.
Kekerasan tak terkendali oleh pemukim Israel di Tepi Barat sangat mengkhawatirkan. Kami meminta semua pihak untuk tidak mengabaikan kondisi di wilayah lain, tegas Dujarric.
Laporan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebutkan bahwa operasi militer Israel di wilayah Jenin sejak 21 Januari telah menyebabkan 16 kematian, termasuk seorang balita Palestina. Selain itu, infrastruktur di kamp pengungsi di Jenin dan Tulkarm juga hancur akibat serangan udara, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah.
Pada Minggu, serangan udara di kamp pengungsi Tulkarm menewaskan dua warga Palestina, meningkatkan kecaman internasional atas penggunaan kekuatan militer yang dinilai berlebihan. Penggunaan kekuatan seperti ini melampaui standar penegakan hukum, tambah Dujarric.
Reaksi Global dan Ketegangan yang Meningkat
Rencana Trump telah menciptakan badai diplomatik, dengan negara-negara di Timur Tengah bersatu dalam penolakan mereka. Liga Arab menyebut usulan itu sebagai penghinaan terhadap kedaulatan Palestina dan memperingatkan bahwa tindakan semacam itu hanya akan memperburuk konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Sementara itu, para pengamat menyebut situasi ini sebagai ujian besar bagi PBB dan komunitas internasional untuk mempertahankan prinsip keadilan dan kemanusiaan. Dunia kini menunggu langkah selanjutnya, baik dari pemerintahan Trump maupun negara-negara yang terlibat langsung dalam konflik ini.
Krisis ini bukan hanya persoalan politik regional, tetapi juga menyentuh inti dari nilai-nilai kemanusiaan global. Bagaimana dunia merespons akan menentukan arah masa depan kawasan yang telah lama dilanda konflik ini. (Red)