Liputan98.com – Jakarta, Ketegangan ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Kali ini, China mengambil langkah strategis dengan menghentikan ekspor alat penting dalam pengembangan baterai lithium untuk kendaraan listrik (EV), sebagai bentuk balasan atas kebijakan pembatasan ekspor dan tarif tinggi yang diberlakukan AS terhadap teknologi China.
Salah satu perusahaan utama China, Jiangsu Jiuwu Hi-Tech, telah mengonfirmasi bahwa mulai 1 Februari 2025, mereka akan menyetop ekspor alat filtrasi bernama sorbent komponen kunci dalam ekstraksi lithium. Keputusan ini menandai implementasi awal dari rencana Beijing untuk mengontrol ekspor baterai dan lithium, meski regulasinya sendiri masih dalam tahap proposal.
China Pegang Kendali Industri Lithium
China saat ini merupakan produsen sorbent terbesar di dunia, menjadikannya pemain dominan dalam rantai pasokan lithium global. Meski demikian, skala pasarnya sulit dipastikan karena Beijing membatasi akses terhadap data industri ini, menurut para analis.
Langkah Jiangsu Jiuwu Hi-Tech menegaskan bahwa ancaman China bukan sekadar gertakan. Seorang eksekutif di perusahaan ekstraksi lithium yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa dua raksasa industri sorbent, Jiangsu dan Sunresin New Materials, kini tengah bernegosiasi dengan pemerintah terkait kebijakan ekspor ini.
Jika aturan ini resmi diberlakukan, perusahaan yang ingin mengekspor teknologi baterai dan lithium harus mengantongi lisensi khusus dari pemerintah China sebuah langkah yang bisa semakin memperketat cengkeraman Beijing atas industri baterai EV dunia.
Baik Jiangsu Jiuwu Hi-Tech maupun Sunresin New Materials belum memberikan komentar resmi terkait keputusan ini.
Perang Teknologi Semakin Panas
Keputusan China untuk menahan ekspor sorbent bisa menjadi pukulan berat bagi AS dan sekutunya, yang selama ini bergantung pada pasokan lithium dari Negeri Tirai Bambu. Sementara itu, Washington terus memperketat kebijakan ekspor teknologi canggih ke China, terutama dalam sektor semikonduktor dan kecerdasan buatan.
Langkah terbaru China ini menunjukkan bahwa perang dagang antara kedua negara tidak akan mereda dalam waktu dekat. Dengan lithium sebagai elemen krusial dalam revolusi kendaraan listrik, dunia kini menanti bagaimana AS dan sekutunya akan merespons langkah strategis Beijing ini.(Red)