Prospek Suram Ekonomi Global 2025: Ketidakpastian Kebijakan AS dan Perlambatan di China Menghantui Dunia

Liputan98.com – Jakarta, 18 Januari 2025 – Prospek ekonomi global tahun ini tampak semakin suram, dengan risiko penurunan yang terus meningkat. Hasil pemilihan Presiden AS yang membawa Donald Trump kembali ke Gedung Putih memunculkan ketidakpastian besar terhadap arah kebijakan ekonomi Negeri Paman Sam, yang berdampak luas ke seluruh dunia.

Menurut survei terbaru para kepala ekonom Forum Ekonomi Dunia (WEF), mayoritas (56%) memprediksi ekonomi global akan melemah dalam setahun ke depan, dibandingkan hanya 17% yang optimistis ekonomi akan menguat. “Ekspektasi telah melemah dibandingkan survei Agustus 2024,” tulis laporan WEF yang dirilis Jumat (17/1).

Bacaan Lainnya

IMF: Pertumbuhan Global Tetap Lemah

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global hanya tumbuh sebesar 3,2% pada 2025, tidak berubah dari 2024, dan akan melambat lebih lanjut menjadi 3,1% dalam lima tahun mendatang. “Ini merupakan salah satu prospek terlemah dalam beberapa dekade,” ujar WEF, mengingatkan bahwa perubahan kebijakan AS berpotensi menambah tekanan global.

AS dan Asia Selatan: Harapan dan Kekhawatiran

Meski kebijakan AS yang lebih proteksionis diperkirakan akan menghambat pertumbuhan global, 44% kepala ekonom tetap yakin bahwa ekonomi AS akan tumbuh kuat pada 2025. Sementara itu, Asia Selatan menjadi salah satu wilayah yang menunjukkan prospek paling cerah, dengan 61% responden memproyeksikan pertumbuhan yang kuat di kawasan ini.

India, sebagai pendorong utama ekonomi Asia Selatan, terus mencatat pertumbuhan tercepat di dunia. Namun, momentum ini mulai melemah, dengan pertumbuhan PDB kuartal ketiga 2024 turun ke 5,4% (yoy), tingkat terendah dalam dua tahun terakhir. Sementara itu, negara-negara ASEAN diproyeksikan tumbuh stabil di angka 4,7% pada 2025.

Eropa dan China: Tantangan Besar

Eropa tetap menjadi kawasan dengan prospek ekonomi terlemah. Survei WEF menunjukkan 74% kepala ekonom memperkirakan pertumbuhan yang lemah atau sangat lemah di wilayah tersebut. Pertumbuhan zona Euro hanya mencapai 0,9% pada kuartal ketiga 2024, jauh tertinggal dibandingkan AS (2,7%). Bahkan ekonomi terbesar seperti Jerman mengalami kontraksi sebesar 0,3%.

China juga menghadapi tantangan besar. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diproyeksikan terus melambat, dari 4,8% pada 2024 menjadi 4,5% pada 2025. “Permintaan domestik yang mengecewakan dan populasi yang menua akan menjadi hambatan jangka panjang,” ujar WEF. Pada November, pertumbuhan penjualan ritel hanya mencapai 3%, meleset dari target 4,6%, menambah kekhawatiran akan lemahnya konsumsi domestik.

Tantangan Global di Tengah Ketidakpastian

Ketidakpastian kebijakan AS dan perlambatan di negara-negara ekonomi utama seperti China dan Eropa menambah kompleksitas tantangan global. Meski beberapa wilayah seperti Asia Selatan menunjukkan kekuatan, tekanan dari perubahan iklim, utang, dan kebijakan proteksionis menempatkan ekonomi dunia dalam situasi genting.

“Reformasi kebijakan, investasi yang lebih efisien, dan kolaborasi internasional menjadi kunci menghadapi badai ekonomi yang mengancam,” tutup laporan WEF. Dunia kini menanti langkah nyata dari para pemimpin global untuk menavigasi masa depan yang penuh tantangan ini. (Red)

Pos terkait