Liputan98.com – Jakarta, Raksasa kopi global, Starbucks, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran yang akan berdampak pada 1.100 karyawan di tingkat korporat. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk menyederhanakan struktur organisasi dan meningkatkan efisiensi operasional.
Dalam surat resmi kepada karyawan yang dikutip dari Reuters pada Selasa (25/2/2025), CEO Starbucks, Brian Niccol, menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk mengurangi lapisan birokrasi, menghilangkan duplikasi peran, serta membentuk tim yang lebih kecil dan gesit.
Gerai Starbucks Tidak Terdampak
Meskipun PHK ini cukup signifikan, Niccol menegaskan bahwa langkah tersebut tidak akan berpengaruh pada karyawan yang bekerja di gerai Starbucks atau investasi yang sedang dilakukan perusahaan. Starbucks juga akan tetap merekrut untuk posisi strategis yang sesuai dengan struktur baru mereka.
Saat ini, Starbucks mempekerjakan sekitar 211.000 orang di Amerika Serikat dan 150.000 karyawan di berbagai negara lain. Menurut Jim Sanderson, analis di NorthCoast Research, PHK kali ini merupakan yang terbesar sejak 2018, ketika Starbucks memberhentikan 350 karyawan global di bawah kepemimpinan CEO saat itu, Kevin Johnson.
Restrukturisasi dan Penyederhanaan Menu
Selain merampingkan struktur organisasi, Starbucks juga melakukan perubahan pada menu mereka dengan menghapus beberapa minuman yang kurang populer, seperti varian tertentu dari Frappuccino dan white hot chocolate. Langkah ini sejalan dengan strategi Niccol dalam menyederhanakan operasional bisnis dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
Niccol, yang diangkat sebagai CEO tahun lalu, dikenal sebagai sosok yang berhasil membalikkan keadaan Chipotle Mexican Grill melalui strategi bisnis yang agresif. Kini, ia menerapkan pendekatan serupa di Starbucks, yang telah mengalami penurunan saham hingga 40% sejak puncaknya pada 2021 akibat lemahnya permintaan di AS dan China. Namun, sejak Niccol mengambil alih kepemimpinan enam bulan lalu, saham Starbucks telah meningkat lebih dari 22%, menandakan awal dari perubahan besar di perusahaan tersebut.
Keputusan PHK ini menjadi bagian dari strategi “Kembali ke Starbucks” yang digagas Niccol untuk memastikan perusahaan tetap kompetitif di tengah tantangan industri yang terus berkembang. Apakah langkah ini akan membawa Starbucks kembali ke puncak kejayaannya? Waktu yang akan menjawab. (Red)