Liputan98.com – Washington, D.C. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengguncang perekonomian global dengan meluncurkan perang dagang terhadap tiga mitra dagang utama AS—Meksiko, Kanada, dan China—pada Selasa (4/3/2025). Kebijakan ini langsung mendapat respons keras dari ketiga negara tersebut, memicu pembalasan cepat serta membuat pasar keuangan bergejolak.
Begitu Selasa tengah malam tiba, Trump memberlakukan tarif 25 persen pada barang-barang impor dari Meksiko dan Kanada, dengan pengecualian produk energi dari Kanada yang hanya dikenakan tarif 10 persen. Tak hanya itu, ia juga menggandakan tarif terhadap produk China yang sebelumnya telah ditetapkan, menaikkannya menjadi 20 persen.
Langkah ini langsung memicu aksi balasan dari Beijing. China menetapkan tarif hingga 15 persen terhadap berbagai produk pertanian AS, sekaligus memperketat kontrol ekspor terhadap lebih dari dua lusin perusahaan AS. Dalam pernyataan tegasnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan negaranya tidak akan mundur menghadapi tekanan AS.
“China akan berjuang sampai akhir jika AS bersikeras melancarkan perang tarif, perang dagang, atau perang jenis apa pun lainnya,” ujar Lin dalam konferensi pers.
Ia juga menegaskan bahwa rakyat China tidak takut pada intimidasi dan tidak akan tunduk pada hegemoni asing. Beijing pun mengumumkan serangkaian langkah baru, termasuk penghentian impor kayu dari AS, pencabutan izin ekspor kacang kedelai bagi tiga perusahaan AS, serta peluncuran investigasi antidumping terhadap produk serat optik AS.
Sementara itu, Kanada juga tidak tinggal diam. Perdana Menteri Justin Trudeau mengumumkan rencana pembalasan besar-besaran terhadap AS, dengan menerapkan tarif senilai lebih dari 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.633 triliun) dalam waktu 21 hari ke depan.
Perang dagang yang kembali memanas ini bukan hanya menjadi tantangan bagi hubungan diplomatik, tetapi juga mengguncang pasar global. Investor khawatir bahwa eskalasi ini dapat berdampak panjang terhadap rantai pasokan dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Apakah langkah Trump akan membawa keuntungan bagi AS, atau justru menjerumuskan negara itu ke dalam ketidakstabilan ekonomi yang lebih dalam? Dunia kini menanti babak berikutnya dari ketegangan geopolitik yang semakin memanas. (Red)