Liputan98.com – Jakarta, Dalam kejutan besar bagi industri teknologi, DeepSeek perusahaan AI asal Tiongkok yang didirikan oleh Liang Wenfeng telah melampaui ChatGPT sebagai aplikasi gratis paling banyak diunduh di Amerika Serikat. Keberhasilan ini tidak hanya menandai pergeseran lanskap AI global tetapi juga memicu guncangan di pasar saham, dengan saham raksasa teknologi seperti Nvidia merosot hingga 17%.
Di tengah hiruk-pikuk seputar OpenAI dan ChatGPT yang membuat CEO Sam Altman menjadi nama besar dalam komunitas AI, pendiri DeepSeek, Liang Wenfeng, tetap menjadi sosok misterius, khususnya di Amerika Serikat. Namun, terlepas dari ketenarannya yang masih terbatas, Wenfeng kini berada di garis depan revolusi AI global.
DeepSeek: Startup AI yang Mengejutkan Dunia
DeepSeek berbasis di Hangzhou, Tiongkok, dan baru diluncurkan pada Juli 2023. Namun, gebrakan besarnya terjadi saat aplikasi asisten AI mereka masuk ke pasar AS pada 10 Januari 2025, menurut data Sensor Tower. Keberhasilan ini bukan kebetulan DeepSeek telah mencuri perhatian industri sejak meluncurkan model AI sumber terbuka R1 pada 20 Januari. Model ini diklaim menyaingi GPT-4 dalam berbagai aspek seperti matematika, pemrograman, dan penalaran, tetapi dengan efisiensi komputasi yang jauh lebih tinggi.
Dengan pendekatan yang lebih hemat daya dibandingkan pesaingnya, DeepSeek berpotensi menjadi ancaman serius bagi dominasi OpenAI, Google DeepMind, dan Meta di ranah AI.
Siapa Liang Wenfeng, Otak di Balik DeepSeek?
Tidak seperti para tokoh AI lain yang sering menjadi sorotan media, Liang Wenfeng lebih memilih bekerja di balik layar. Lahir di Guangdong pada 1980-an dan besar di kota kecil di Tiongkok, Wenfeng memiliki latar belakang akademis yang kuat dari Universitas Zhejiang, salah satu kampus paling prestisius di negaranya.
Karier bisnisnya dimulai di dunia keuangan. Pada 2015, bersama dua teman sekelasnya, ia mendirikan High-Flyer, sebuah hedge fund kuantitatif yang menggunakan matematika dan AI dalam investasi. Dalam waktu singkat, High-Flyer berhasil mengelola aset senilai lebih dari $10 miliar pada 2019.
Namun, Wenfeng tidak berhenti di dunia keuangan. Pada 2021, ia mulai mengumpulkan ribuan GPU Nvidia jauh sebelum AI generatif menjadi tren utama. Langkah visioner ini membawanya mendirikan DeepSeek sebagai cabang dari High-Flyer pada Mei 2023. Hanya dalam waktu beberapa bulan, DeepSeek berhasil meluncurkan model V3 yang membuat gelombang di komunitas AI.
Dalam sebuah makalah yang dirilis pada akhir 2024, para peneliti DeepSeek mengungkapkan bahwa mereka melatih model AI mereka menggunakan hanya 2.000 GPU Nvidia H800 dengan biaya di bawah $6 juta jauh lebih rendah dibandingkan investasi besar yang dilakukan oleh para pesaingnya. Sebagai perbandingan, Elon Musk melatih chatbot AI Grok 3 dengan 100.000 GPU H100, sementara Meta berencana membeli 350.000 GPU H100 pada akhir 2024.
Langkah terbaru DeepSeek meluncurkan model R1 pada Januari 2025 kembali mengejutkan industri AI. Dengan teknologi yang semakin canggih dan strategi bisnis yang agresif, DeepSeek bukan lagi sekadar pesaing bagi OpenAI, tetapi juga ancaman nyata bagi raksasa Silicon Valley.
Dampak Besar bagi Industri AI dan Wall Street
Kenaikan pesat DeepSeek bukan hanya mengguncang komunitas teknologi tetapi juga pasar keuangan. Saham Nvidia, yang selama ini menjadi tulang punggung infrastruktur AI, anjlok 17% akibat kekhawatiran investor terhadap pergeseran dinamika industri. Jika tren ini berlanjut, perusahaan-perusahaan AI besar mungkin perlu mengubah strategi mereka agar tetap relevan di era baru AI yang lebih terbuka dan efisien.
Liang Wenfeng mungkin belum seterkenal Sam Altman atau Elon Musk, tetapi langkah-langkahnya sejauh ini telah membuktikan bahwa ia adalah salah satu pemain paling berpengaruh dalam revolusi AI saat ini. Apakah DeepSeek akan terus menantang dominasi Silicon Valley, ataukah ini hanya awal dari pertarungan yang lebih besar? Dunia AI kini menanti babak selanjutnya. (Red)