China Membangun Pasukan Insinyur Chip, AS Harus Waspada?

Liputan98.com, China sedang mengakselerasi upayanya untuk mandiri dalam manufaktur chip dengan cara yang tidak main-main: mencetak generasi baru insinyur chip dalam skala besar. Lebih dari 10 universitas ternama di Negeri Tirai Bambu kini mendirikan fakultas Integrated Circuits (IC) untuk melatih para ahli semikonduktor, sebuah langkah strategis untuk mengatasi ketergantungan pada chip buatan AS.

Di balik ambisi ini, ada alasan yang jelas. China berulang kali terkena sanksi pembatasan ekspor chip canggih dari AS, termasuk dalam kasus penggunaan NVIDIA H800 oleh DeepSeek, model AI yang mampu menyaingi ChatGPT. NVIDIA H800 adalah versi “terbatas” dari H100 dengan kecepatan transfer data yang dipangkas hingga separuhnya (dari 600 GB/s menjadi 300 GB/s). Namun, meski dengan spesifikasi yang dikurangi, China tetap mampu mengembangkan teknologi AI kompetitif.

Bacaan Lainnya

Namun, yang lebih menarik dari ekspansi pendidikan ini adalah gelombang kepulangan para diaspora dan ilmuwan top ke China. Mereka yang dulu membangun karier cemerlang di Silicon Valley kini memilih pulang, membawa keahlian dan pengalaman berharga untuk memperkuat industri chip dalam negeri.

Eksodus Ilmuwan: AS Kehilangan, China Mendapatkan

Salah satu nama besar yang kembali ke China adalah Wang Huanyu, mantan insinyur SoC di Apple. Wang adalah salah satu otak di balik pengembangan chip Apple M3 (3nm) dan M4, yang digunakan di Mac dan iPad Pro. Ia menempuh perjalanan akademik di AS, meraih gelar doktor di bidang teknik listrik dan komputer dari Universitas Florida, serta magang di raksasa semikonduktor Qualcomm dan Synopsys sebelum akhirnya bergabung dengan Apple.

Namun, alih-alih terus berkarier di AS, Wang memilih pulang. Kini, ia menjabat sebagai profesor di School of Integrated Circuits (ICs) di Huazhong University of Science and Technology (HUST), kampus yang dulu pernah menjadi almamaternya. Langkah ini bukan hanya tentang patriotisme, tetapi juga karena China kini semakin menghargai keahlian talenta semikonduktornya dengan insentif yang menarik.

Wang bukan satu-satunya. Seminggu sebelumnya, Sun Nan, pakar chip lulusan Universitas Tsinghua, juga kembali ke China setelah menyelesaikan studi Ph.D. di Harvard dan Universitas Austin, Texas. Dijuluki “arsitek chip,” Sun diharapkan mampu melatih profesional chip di China dan membantu negara itu memecahkan tantangan manufaktur teknologi chip kelas atas.

Tantangan bagi AS dan Dominasi NVIDIA

Gelombang kepulangan para ahli ini menandai era baru dalam persaingan semikonduktor global. Jika tren ini berlanjut, China bisa menciptakan ekosistem chip mandiri yang mampu menantang dominasi AS dan perusahaan seperti NVIDIA.

Apakah AS akan kehilangan keunggulannya dalam industri chip? Ataukah mereka akan mengambil langkah balasan? Yang jelas, persaingan chip kini bukan sekadar urusan teknologi—tetapi juga pertarungan geopolitik dan strategi jangka panjang. (Red)

Pos terkait