Elon Musk Dukung AS Keluar dari PBB dan NATO: Reformasi atau Isolasi?

Liputan98.com – Washington, Miliarder Elon Musk kembali mengguncang dunia politik dengan secara terbuka mendukung gagasan agar Amerika Serikat menarik diri dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sikapnya ini sejalan dengan dorongan dari kubu Republik untuk mengevaluasi ulang keterlibatan Washington dalam organisasi-organisasi global tersebut.

Dalam sebuah unggahan di media sosial X pada hari Minggu, Musk menanggapi seruan untuk keluar dari PBB dengan singkat namun tegas: “Saya setuju.” Pernyataan ini segera menjadi perbincangan hangat, terutama karena Musk kini menjabat sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE), sebuah badan baru yang bertugas memangkas pengeluaran federal.

Bacaan Lainnya

Dinamika Politik: Trump, Musk, dan GOP Bersatu?

Dukungan Musk datang di tengah meningkatnya seruan dari Partai Republik untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kontribusi AS ke PBB. Presiden Donald Trump dan sejumlah anggota parlemen Republik telah lama mengkritik badan dunia tersebut sebagai tidak efektif dan bias terhadap kepentingan Amerika.

Senator Mike Lee dari Utah bahkan telah memperkenalkan RUU DEFUND (Disengaging Entirely from the United Nations Debacle), yang bertujuan untuk menarik AS sepenuhnya dari PBB. Lee menyebut PBB sebagai “platform bagi para tiran” yang sering kali menentang kepentingan Amerika dan sekutunya, meskipun AS menjadi salah satu penyandang dana terbesarnya.

Sejalan dengan itu, Musk juga menulis bahwa “Amerika memberikan terlalu banyak pendanaan kepada PBB dan entitas terkait.” Pernyataan ini mencerminkan pandangan Trump, yang dalam kampanyenya sejak 2016 telah menyebut PBB sebagai organisasi yang lemah dan tidak kompeten.

Tak hanya itu, Elise Stefanik, calon Duta Besar AS untuk PBB yang dicalonkan Trump, juga mendorong reformasi besar-besaran dalam tata kelola internasional. Dia bahkan mengusulkan inisiatif “DOGE Global”, sebuah upaya untuk menerapkan prinsip penghematan ala Musk dalam organisasi internasional.

NATO: Usang dan Tidak Relevan?

Musk juga telah menyatakan skeptisisme terhadap NATO, aliansi pertahanan yang selama ini dipimpin oleh AS. Pada Februari lalu, ia menyebut NATO sebagai “tidak sesuai dengan zaman” dan menyerukan peninjauan ulang terhadap perannya di era modern.

Salah satu kritik utama Musk adalah ketimpangan beban keuangan dalam aliansi ini. Ia mempertanyakan mengapa AS harus menanggung sekitar 67% dari total pengeluaran militer NATO, padahal beberapa negara Eropa menikmati keamanan dari aliansi itu tanpa kontribusi yang sebanding.

Pandangan ini sejalan dengan sikap Trump, yang sejak lama mendesak negara-negara anggota NATO untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka. Trump bahkan beberapa kali mengancam untuk menarik AS dari NATO jika sekutu-sekutunya tidak mau berbagi beban secara adil.

Dampak dan Prospek: Isolasi atau Efisiensi?

Dukungan Musk terhadap kebijakan ini memicu perdebatan luas. Para pendukungnya melihat ini sebagai langkah untuk mengakhiri pemborosan anggaran dan mengutamakan kepentingan dalam negeri, sementara para kritikus memperingatkan bahwa langkah ini bisa membuat AS kehilangan pengaruh global dan melemahkan hubungan dengan sekutu.

Apakah ini awal dari era “Amerika Mandiri”, atau justru langkah yang bisa membuat AS semakin terisolasi di panggung dunia? Dengan Trump yang berpotensi kembali ke Gedung Putih, serta Musk yang kini berperan dalam kebijakan pemerintahan, dunia mungkin akan segera menyaksikan perubahan drastis dalam kebijakan luar negeri AS. (Red)

Pos terkait