Rupiah Terpuruk saat Libur Lebaran, Tertekan Kebijakan Tarif Impor Trump

Liputan98.com – Jakarta, Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin melemah saat libur Lebaran, dipicu oleh pengumuman tarif impor terbaru dari Presiden AS, Donald Trump. Sentimen negatif ini menambah tekanan pada rupiah yang sudah mengalami tekanan dari faktor eksternal lainnya.

“Pada 2 April ini, Trump memastikan tarif. Jelas masih sangat berpengaruh,” kata Financial Markets Analyst dari Traderindo, Rabu (2/4).

Berdasarkan data Bloomberg, per pukul 14.25 WIB, rupiah melemah 24 poin atau 0,14 persen ke Rp 16.723 per dolar AS. Pelemahan ini mendekati level terendah sejak pandemi dan semakin mendekati titik kritis krisis moneter 1998, yang kala itu mencapai Rp 16.800 per dolar AS.

Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa kebijakan tarif timbal balik akan dikenakan pada negara-negara yang memberlakukan bea masuk terhadap barang dari AS. Tarif 25 persen juga akan diterapkan khusus pada impor mobil.

“Trump menyebut kebijakan tarif timbal baliknya sebagai tarif yang besar dan baru-baru ini mengatakan akan ‘dimulai kepada semua negara’. Dampaknya akan sangat besar secara global,” ujar analis Wahyu.

Selain dampak dari kebijakan AS, analis dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menilai pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh menyusutnya surplus dagang ke AS serta perlambatan harga komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara dan nikel.

Felix juga menyoroti bahwa ketidakberadaan intervensi Bank Indonesia (BI) selama libur Lebaran memperburuk pelemahan rupiah. “Sebagai contoh, selama libur Lebaran 2024, rupiah tertekan akibat ekspektasi penundaan pemangkasan suku bunga The Fed dan ketidakpastian geopolitik yang mendorong arus keluar modal asing. Rupiah melemah dari Rp 15.873 per USD pada 5 April menjadi Rp 16.176 per USD saat BI kembali beroperasi pada 16 April,” jelasnya.

Dengan nilai tukar yang kini mencapai Rp 16.731 per dolar AS, para pelaku pasar khawatir akan dampak lebih luas terhadap ekonomi Indonesia, termasuk lonjakan harga barang impor dan tekanan terhadap inflasi. Bank Indonesia kemungkinan akan mengambil langkah-langkah stabilisasi untuk meredam volatilitas lebih lanjut.

Pos terkait