Liputan98.com – Jakarta, 9 April 2025 — Di tengah sorotan global atas kebijakan tarif baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu panik. Berbeda dengan negara-negara seperti Vietnam, dampak kebijakan tarif 32% dari AS terhadap ekonomi Indonesia diperkirakan relatif minim.
“Kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 2,2% terhadap PDB. Beda dengan Vietnam yang 33%. Jadi efeknya ke kita masih bisa diredam,” kata Airlangga dalam Sarasehan Ekonomi di Jakarta, Selasa (8/4).
Lebih lanjut, Airlangga menilai situasi ini justru bisa menjadi peluang bagi Indonesia. Dengan tarif AS terhadap produk dari Vietnam, China, dan negara Asia lainnya yang lebih tinggi — bahkan mencapai 46–49% — Indonesia bisa mengambil alih sebagian pangsa pasar, khususnya di sektor tekstil dan alas kaki.
“Dengan pengenaan tarif tinggi ke negara kompetitor seperti Vietnam, China, Kamboja, dan Bangladesh, Indonesia punya peluang merebut market mereka di AS,” ujarnya optimistis.
Sebagai informasi, tarif impor AS terhadap Indonesia berada di angka 32%, sementara Vietnam dikenakan 46%, Kamboja 49%, dan Laos 48%. Indonesia juga mempertimbangkan langkah strategis lain, termasuk meningkatkan impor dari AS dan memberikan insentif tertentu untuk menjaga hubungan bilateral yang seimbang.
Pemerintah tetap memilih jalur diplomasi. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Airlangga, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menlu Sugiono akan bertolak ke Washington DC dalam waktu dekat untuk melakukan negosiasi langsung dengan pemerintah AS.
Dengan pendekatan tenang namun strategis, pemerintah ingin memastikan bahwa ekonomi nasional tetap stabil sekaligus memanfaatkan celah geopolitik demi kepentingan ekspor dan pertumbuhan industri dalam negeri.