Liputan98.com – Jakarta, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, memaparkan visi besar Indonesia untuk menjadi acuan global dalam pengolahan material baterai kendaraan listrik. Visi ambisius ini disampaikan Anindya saat berbicara sebagai panelis dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Selasa (21/1/2025).
“Dalam rantai pasok global, ambisi kami tidak hanya memproduksi material baterai, tetapi juga menjadi pemimpin dalam cara produksinya. Indonesia mampu menghasilkan material baterai dengan energi hijau sambil tetap memperhatikan emisi karbon,” ungkap Anindya, Rabu (22/1/2025).
Langkah besar ini membuka peluang investasi dari seluruh dunia. Anindya menyebutkan bahwa pelaku usaha Indonesia sudah menjadi bagian penting dalam rantai pasok global dengan memasok material baterai ke perusahaan besar seperti Eramet, Volkswagen, dan Ford.
Menuju Standar Global dan Kerja Sama Seimbang
Anindya optimistis bahwa Indonesia akan memenuhi standar besar seperti EMA (Exponential Moving Average) 50 pada September mendatang. Meski kerja sama dengan China tetap kuat, Indonesia kini berupaya menciptakan keseimbangan dengan menggandeng negara-negara Barat.
Salah satu wujud konkret adalah Indo-Pacific Net-zero Battery-materials Consortium (INBC), yang digagas oleh PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. Konsorsium ini fokus pada kerja sama dengan negara-negara Barat untuk memenuhi kebutuhan material baterai berbasis nikel.
“Kami memahami kebutuhan Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat akan material ini. Kerja sama ini berpotensi membawa keuntungan besar bagi Indonesia,” jelas Anindya.
Sumber Daya dan Energi Hijau Jadi Kunci
Indonesia memiliki keunggulan strategis dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yaitu 22% dari total global. Selain itu, cadangan timah, tembaga, dan bauksit Indonesia juga termasuk lima besar dunia. Hal ini diperkuat oleh potensi energi terbarukan dari panas bumi, hidro, tenaga surya, dan angin.
“Pemerintah menargetkan pembangunan 100 gigawatt pembangkit listrik dalam 15 tahun ke depan, di mana 75% akan berasal dari energi terbarukan,” ujar Anindya.
Dengan populasi 285 juta jiwa dan kawasan Asia Tenggara yang mencapai 800 juta jiwa, Indonesia memiliki pasar yang sangat menjanjikan. Ditambah lagi, kekayaan biodiversitas Indonesia—mulai dari hutan, lahan gambut, hingga mangrove—menyediakan potensi besar untuk penyerapan karbon, mencapai 500 gigaton.
Indonesia sebagai Pusat Masa Depan Kendaraan Listrik
Anindya menegaskan bahwa Indonesia memiliki segalanya untuk menjadi pemain utama dalam ekosistem kendaraan listrik global. “Dari sumber daya hingga pasar, kami siap mengambil peran signifikan dalam rantai pasok global kendaraan listrik,” tegasnya.
Dengan peluang investasi terbuka lebar dan tekad kuat, Indonesia siap melangkah menuju masa depan hijau yang lebih cerah. Dunia kini menanti langkah berikutnya dari raksasa ekonomi baru di Asia Tenggara ini. (Red)