Bahlil Lahadalia: 54% BBM Indonesia Didatangkan dari Singapura

Liputan98.com – Jakarta, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan fakta mengejutkan: Indonesia kini mengimpor 54% bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura. Ironisnya, Singapura bukanlah negara penghasil minyak, tetapi justru menjadi pemasok utama bagi Indonesia.

Ironi lagi yang memalukan, bangsa kita semua yang kita cintai ini 54% konsumsi minyak jadi kita impor. Impornya tahu dari mana? Dari Singapura, ujar Bahlil dalam acara di Hotel The Westin Jakarta, Kamis (30/1/2025).

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut, Bahlil menyoroti kenyataan pahit bahwa Indonesia kini mengimpor 1 juta barel BBM per hari, berbanding terbalik dengan periode 1996-1997 ketika negara ini justru mengekspor 1 juta barel per hari.

Jadi kita sekarang impor 1 juta barel per hari. Dulu lifting migas kita 1,6 juta barel per hari dengan konsumsi hanya 600.000 barel. Sekarang lifting kita hanya 600.000 barel, sementara konsumsi melonjak. Makanya kita mulai berpikir, apakah bangsa ini memang tidak punya minyak? tambahnya.

Bahlil juga menyoroti harga BBM yang diimpor dari Singapura, yang setara dengan harga minyak dari Timur Tengah. Artinya, Indonesia bukan hanya kehilangan posisi sebagai eksportir, tetapi juga harus membayar mahal untuk mendapatkan kembali BBM dari negara yang tidak memiliki sumber daya minyak sendiri.

Solusi Tata Kelola Migas

Menanggapi permasalahan ini, Bahlil menekankan bahwa tata kelola migas harus segera diperbaiki melalui tiga langkah utama:

1. Mengoptimalkan sumur-sumur idle agar produksi minyak nasional dapat meningkat.

2. Pemanfaatan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan kapasitas produksi di sumur-sumur yang masih beroperasi.

3. Menyelesaikan 300 sumur eksplorasi yang belum masuk ke tahap Plan of Development (PoD) agar bisa segera dimanfaatkan.

Pernyataan ini kembali menegaskan tantangan besar di sektor energi nasional. Apakah Indonesia mampu kembali menjadi negara mandiri dalam pengelolaan migas, atau justru akan terus bergantung pada impor? (Red)

Pos terkait