Liputan98.com – DAVOS, SWISS, Pemerintah Indonesia kembali menunjukkan komitmennya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% melalui hilirisasi komoditas unggulan dan pemanfaatan bonus demografi. Hal ini disampaikan oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, dalam diskusi panel bertajuk “Leading the Way: A Path to the Vision of Golden Indonesia 2045” di Paviliun Indonesia pada ajang World Economic Forum (WEF) 2025 di Davos, Swiss, Jumat (24/1/2025).
Rosan menegaskan bahwa hilirisasi menjadi pilar utama untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan nilai tambah berbagai komoditas ekspor. Ia menjelaskan, sejak kebijakan hilirisasi diterapkan, dampaknya sudah terasa signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
“Kenapa hilirisasi sangat penting? Jika kita melihat data investasi dalam dua hingga tiga tahun terakhir, sektor hilirisasi menyumbang 22-23% dari total investasi di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa hilirisasi adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%,” ujar Rosan.
Ia menyoroti keberhasilan hilirisasi nikel sebagai contoh konkret. Pada 2017, ekspor nikel hanya mencapai USD 3,3 miliar. Namun, berkat kebijakan hilirisasi, nilai ekspor produk turunan nikel melonjak hingga USD 30,4 miliar pada 2024. Selain meningkatkan nilai ekonomi, kebijakan ini juga membuka lebih banyak lapangan kerja berkualitas di dalam negeri.
Peluang di Sektor Hijau dan Hilirisasi Baru
Rosan juga mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki peluang besar di sektor energi hijau. Dengan potensi hingga 3.700 gigawatt dari tenaga surya, angin, gelombang laut, hidro, dan geotermal, Indonesia berada di posisi strategis untuk menjadi pemain utama dalam transisi energi global. Selain itu, sektor hilirisasi perikanan seperti rumput laut juga menjadi fokus untuk menambah nilai ekonomi dari kekayaan laut Indonesia.
Bonus Demografi dan Transformasi Nasional
Pada diskusi panel yang sama, Wakil Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard, menyoroti pentingnya memanfaatkan bonus demografi yang mencapai puncaknya pada 2025.
“Ini adalah momen krusial bagi Indonesia. Bonus demografi ini mungkin tidak akan pernah terulang, sehingga kita harus memastikan pemanfaatannya melalui transformasi yang terarah,” ujar Febrian.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah telah merancang strategi transformasi nasional berbasis tiga pilar utama: sosial, ekonomi, dan pemerintahan.
• Transformasi Sosial berfokus pada peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan berbasis STEAM (science, technology, engineering, arts, and mathematics) dan penguatan pendidikan vokasi.
• Transformasi Ekonomi diarahkan untuk menciptakan sektor-sektor penggerak pertumbuhan baru, seperti industri hijau dan ekonomi digital.
• Transformasi Pemerintahan menargetkan iklim investasi yang lebih kondusif melalui penyederhanaan regulasi, termasuk penerapan Omnibus Law.
Menuju Indonesia Emas 2045
Dalam forum bergengsi ini, Indonesia tidak hanya menegaskan ambisinya untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia, tetapi juga menampilkan strategi konkret yang dapat menginspirasi negara-negara lain. Dengan hilirisasi, pemanfaatan bonus demografi, dan transformasi nasional yang terencana, visi Golden Indonesia 2045 menjadi lebih nyata untuk diwujudkan. (Red)