Perang Rusia-Ukraina Hampir Tamat? AS-Rusia Bertemu, Ukraina Terpinggirkan

Liputan98.com – Jakarta, Riyadh menjadi saksi pertemuan bersejarah antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina. Pertemuan yang berlangsung empat setengah jam pada Selasa ini membawa sinyal kuat bahwa konflik yang telah berlangsung sejak 2022 itu bisa segera berakhir. Namun, ada satu ironi besar: Ukraina justru tidak dilibatkan dalam pembicaraan tersebut.

Trump dan Putin Sepakat, Tapi NATO Jadi Batu Sandungan

Bacaan Lainnya

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menyatakan kesiapannya untuk mengadakan lebih banyak pembicaraan dengan Rusia guna menghentikan perang. Namun, ada satu tuntutan utama dari Moskow yang menjadi kendala: Rusia tidak akan mentoleransi keanggotaan Ukraina di NATO.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menegaskan bahwa pengerahan pasukan NATO di wilayah Ukraina dengan bendera apa pun tidak bisa diterima oleh Moskow. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, bahkan meminta NATO secara resmi membatalkan janji mereka pada 2008 bahwa Ukraina suatu hari akan menjadi anggota.

Di sisi lain, Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz menyatakan bahwa perang harus diakhiri secara permanen, termasuk dengan negosiasi terkait wilayah. Senada dengannya, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menambahkan bahwa tim tingkat tinggi akan memulai perundingan lanjutan dan bekerja secara terpisah untuk memulihkan hubungan diplomatik antara Washington dan Moskow.

Ukraina Merasa Dikhianati?

Yang menarik, Ukraina justru tidak diajak dalam pembicaraan ini. Presiden Volodymyr Zelenskyy bahkan menunda kunjungannya ke Arab Saudi, yang seharusnya berlangsung pada Rabu, hingga bulan depan. Sumber dari Kyiv mengatakan bahwa keputusan itu diambil untuk menghindari memberikan legitimasi pada perundingan yang dilakukan tanpa mereka.

Seorang pejabat senior Ukraina menyebut pembicaraan AS-Rusia ini sebagai strategi yang hanya menguntungkan Putin. Kyiv bersikeras bahwa negosiasi damai harus melibatkan mereka, bersama negara-negara Eropa lainnya, termasuk Turki.

Zelenskyy tetap teguh pada posisinya: keanggotaan NATO adalah satu-satunya cara untuk menjamin kedaulatan Ukraina. Ia mengingatkan bahwa negaranya telah menyerahkan senjata nuklir era Soviet pada 1994 dengan jaminan keamanan dari Rusia, AS, dan Inggris janji yang kini dirasa tak lagi dihormati.

Trump: Saya Bisa Mengakhiri Perang Ini

Sementara itu, Trump menanggapi hasil pertemuan Riyadh dengan optimisme. Ia yakin bahwa kesepakatan damai bisa segera tercapai. Namun, ia juga menyindir Ukraina yang merasa disisihkan dari negosiasi.

Hari ini saya mendengar mereka berkata, Oh, kami tidak diundang. Anda sudah berada di sana selama tiga tahun, kata Trump, mengacu pada perang. Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda bisa saja membuat kesepakatan.

Akhir Perang atau Awal Ketidakpastian?

Pertemuan Riyadh memang membawa secercah harapan akan berakhirnya perang Rusia-Ukraina. Namun, dengan Ukraina tidak dilibatkan, pertanyaannya sekarang adalah: apakah perdamaian yang dirancang AS dan Rusia ini benar-benar akan menghentikan perang, atau justru memicu babak baru ketidakpastian di Eropa? (Red)

Pos terkait