Liputan98.com – Washington D.C. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menggebrak kebijakan perdagangan global. Dalam waktu dekat, ia berencana mengumumkan tarif baru yang dapat berdampak luas terhadap banyak negara. Langkah ini bukan hanya sekadar strategi ekonomi, tetapi juga bagian dari misinya untuk menyeimbangkan anggaran AS dan mengurangi defisit perdagangan.
Misi Besar Trump: Reformasi atau Perang Dagang?
Trump menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk memastikan perdagangan yang lebih adil bagi AS. Saya akan mengumumkan itu minggu depan perdagangan timbal balik, agar kami diperlakukan setara dengan negara lain. Kami tidak ingin memperlebar defisit, ujar Trump seperti dikutip dari Reuters.
Namun, tanpa menyebutkan secara spesifik negara mana yang akan terkena dampak, kebijakan ini berpotensi memicu perang dagang baru. Jika tarif diberlakukan, AS bisa menghadapi serangan balasan dari mitra dagangnya, yang dapat mengguncang pasar global.
Eropa & Jepang dalam Bidikan: Tarif Otomotif Jadi Sorotan
Dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, Trump kembali menyoroti ketidakadilan tarif otomotif. Ia mengeluhkan bahwa Uni Eropa mengenakan tarif 10% untuk mobil impor, sementara AS hanya memberlakukan 2,5%. Mereka mengirim jutaan mobil ke AS, tapi tidak mau menerima mobil kami, tegasnya.
Gedung Putih dikabarkan sedang mempertimbangkan pengecualian bagi beberapa negara. Namun, belum ada kepastian apakah Jepang dan Uni Eropa akan mendapat perlakuan khusus atau justru menjadi target utama kebijakan baru ini.
Tarif Baru untuk Biayai Pemotongan Pajak?
Di balik kebijakan tarif ini, Trump juga memiliki agenda fiskal lain. Dana yang terkumpul dari tarif impor ini disebut-sebut akan digunakan untuk membiayai perpanjangan pemotongan pajak 2017. Namun, para analis anggaran memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa menambah triliunan dolar terhadap utang nasional AS, yang justru dapat membahayakan stabilitas ekonomi jangka panjang.
Ketimpangan Tarif: AS Benar-Benar Dirugikan?
Menurut data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), rata-rata tarif perdagangan tertimbang (trade-weighted average, TWA) di AS hanya 2,2%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan banyak mitra dagangnya. Fakta ini sering menjadi argumen utama Trump dalam mengecam ketidakseimbangan perdagangan global dan menuntut kebijakan yang lebih adil bagi AS.
Akankah Dunia Bersiap untuk Perang Dagang Baru?
Dengan langkah ini, Trump kembali menunjukkan ambisinya untuk mengubah lanskap perdagangan dunia. Namun, apakah kebijakan ini akan memperkuat ekonomi AS atau justru menjerumuskan dunia ke dalam ketidakstabilan? Semua mata kini tertuju pada pengumuman besar yang akan mengguncang ekonomi global dalam beberapa hari ke depan. (Red)