Jepang & China Bersatu Hadapi Tarif Trump, Siap Guncang Perdagangan Dunia?

Liputan98.com – Bloomberg, Dua raksasa ekonomi Asia, Jepang dan China, akhirnya kembali ke meja perundingan setelah enam tahun. Dialog ekonomi yang akan digelar Sabtu (22/3/2025) ini menjadi momentum penting bagi kedua negara untuk menurunkan ketegangan dan memperkuat hubungan perdagangan di tengah tekanan tarif yang semakin meningkat dari Amerika Serikat (AS).

Dari Ketegangan ke Negosiasi

Bacaan Lainnya

China adalah mitra dagang terbesar Jepang, tetapi hubungan keduanya kerap diwarnai perselisihan, termasuk sengketa wilayah dan larangan impor makanan laut Jepang akibat pembuangan air limbah PLTN Fukushima. Ketegangan geopolitik yang semakin memanas juga membuat perusahaan-perusahaan Jepang di China mulai pesimistis terhadap prospek bisnis mereka di sana.

Namun, meskipun hubungan bilateral penuh tantangan, Jepang tetap memiliki kepentingan besar dalam menjaga stabilitas perdagangan dengan China. Pasar China yang luas dan berdekatan menjadikannya mitra ekonomi yang tak tergantikan. Beijing pun tak tinggal diam—menghadapi ancaman tarif dari Washington, China mulai mengambil langkah untuk menstabilkan hubungan dagang dengan mitra utamanya, termasuk Jepang.

“Perusahaan-perusahaan besar Jepang masih memperoleh keuntungan dari China, jadi Jepang tidak punya pilihan selain terus berbisnis dengan China,” ujar Norihiko Ishiguro, ketua Organisasi Perdagangan Luar Negeri Jepang.

Apa yang Akan Dibahas?

Salah satu agenda utama dalam dialog ini adalah isu lingkungan bisnis bagi perusahaan Jepang di China serta masalah pembuangan limbah PLTN Fukushima. Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya berharap pertemuan ini bisa menjadi awal dari kerja sama yang lebih erat.

“Saya berharap dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk bekerja sama dengan China guna mengurangi masalah dan kekhawatiran kita selangkah demi selangkah, sambil meningkatkan bidang-bidang kerja sama dan kolaborasi,” kata Iwaya.

Menariknya, dialog ini bertepatan dengan pertemuan trilateral di Tokyo antara Jepang, China, dan Korea Selatan, di mana para diplomat utama dari ketiga negara akan membahas kerja sama regional dan isu-isu strategis, termasuk ketegangan di Semenanjung Korea.

Bagaimana dengan Tarif Trump?

Di tengah ketidakpastian global, pertemuan ini juga berlangsung hanya beberapa minggu sebelum Presiden AS Donald Trump dijadwalkan mengumumkan tarif tambahan pada 2 April. Namun, meskipun tarif AS menjadi perhatian utama di Asia, Jepang tampaknya tidak ingin menjadikan isu ini sebagai agenda utama dalam dialog dengan China.

Pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang menegaskan bahwa meskipun Jepang akan menanggapi jika China mengangkat isu tarif AS, tanggapan terkoordinasi terhadap kebijakan perdagangan Trump tampaknya tidak mungkin terjadi. Fokus utama dialog akan tetap pada kerja sama ekonomi bilateral dan stabilitas regional.

Membangun Masa Depan di Tengah Ketidakpastian

Sejak pertama kali diadakan sebagai bagian dari KTT ASEAN pada 1999, pertemuan trilateral Jepang, China, dan Korea Selatan telah berkembang menjadi platform kerja sama yang lebih luas. Kini, dengan dunia menghadapi tantangan perdagangan yang semakin kompleks, hasil dari pertemuan ini akan sangat dinanti—bukan hanya oleh ketiga negara, tetapi juga oleh pasar global yang mencari kepastian di tengah badai proteksionisme yang kembali menguat.

Akankah Jepang dan China menemukan jalan tengah untuk menghadapi tekanan ekonomi dari Washington? Ataukah ketegangan lama akan kembali menghambat kerja sama? Dunia kini menanti langkah berikutnya dari dua kekuatan ekonomi Asia ini.

Pos terkait